Blitar TKTNews net / tv – Ahmad Muadib, warga Kelurahan Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar tekun dalam bertani . Sadar bukan seorang juragan tanah, dia membangun kerja sama menjalankan bisnis pembibitan. Berdayakan sumber daya lokal, omzetnya bahkan mencapai ratusan juta per bulan saat musim penghujan tiba.
Udara segar menyelimuti kebun pembibitan alpukat di Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Rabu (8/1/2025) lalu. Di lahan seluas 2 hektare itu, menghampar puluhan ribu bibit alpukat berbagai ukuran.
Di tengah hamparan bibit alpukat yang tertata rapi ini, Adib tampak sibuk melayani pengunjung yang hendak mengambil bibit alpukatnya. Sesekali terdengar pekik instruksi kepada beberapa pekerja yang pagi itu menjalankan aktivitas rutin.
“Sing kunu ojo dikocor disek, Yan. Tas diubat,” teriaknya kepada Yanto, yang berada agak jauh dari tempatnya memberi pelayanan pengunjung yang hendak membeli bibit.
Selesai melayani pembeli, Adib bergegas menghampiri Yanto dan beberapa pekerja lain. Dia harus memastikan setiap bibit mendapatkan perawatan yang baik agar tumbuh subur.
Senyum puas terlihat di wajahnya, meski raut lelah tak bisa disembunyikan. Adib tahu, di balik kerja keras ini, ada potensi besar yang juga sedang berkembang.
Adib memang bukan satu-satunya petani sukses di Bumi Penataran. Namun tak banyak generasi muda yang mau bergelut dengan lumpur dan pupuk saat ini. Mendedikasikan hari-harinya untuk merawat tanaman.
“Bertani tidak harus di sawah dan menanam padi. Menggarap kebun juga masuk bertani. Saat ini banyak generasi muda yang mulai serius di bidang pertanian,” katanya.
Hingga beberapa bulan ke depan menjadi musim panen bagi Adib. Sebab, musim penghujan adalah waktu untuk menanam, termasuk bibit alpukat yang dia rawat selama ini. Paling tidak Rp 50 juta dikantongi tiap bulan. Itu belum termasuk beberapa relasi yang sering membeli bibit secara grosir saat momen penghujan.
“Kalau musim hujan lumayan. Ini sekitar 750 pohon sudah terjual, tinggal pengiriman,” akunya sembari menunjuk deretan bibit yang sudah disisihkan.
Bapak dua anak ini tidak panik meski ribuan batang alpukat di kebun tersebut sudah habis.
Sebab, masih ada empat titik pembibitan lain miliknya yang menyediakan puluhan ribu stok. Berkeliling lokasi tersebut menjadi jadwal rutin Adib setiap hari.
“Ini bukan lahan saya. Kerja sama dengan pemilik sekitar delapan bulan lalu. Lokasinya kebetulan strategis,” ucapnya.( * )