Makassar TKTNews net /tv,- Kolaborasi Front Mahasiswa Timur Indonesia (FMTI) dan Literasi Anak Maluku (LAM) kembali mengadakan Diskusi Publik terkait permasalahan rasis dikalangan mahasiswa baru Universitas Magarezky Makassar beberapa hari yang lalu.
Negara Indonesia adalah Multi kultural dengan berbagai macam etnik dan ras, Semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa dalam berbagai keberagaman, untuk itu marilah bersama – sama mencari solusi dan kearifan untuk menjadi warga negara yang anti rasis dan humanis dalam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara tutur Eka Riyanti selaku Pemantik pada pembukaan acara diskusi.
Perwakilan dari berbagai Orda kemahasiswaan turut serta, dengan menghadirkan perwakilannya al; SEMAK, IPMAS,HIMABIN, HMMBD, HIPMIN, IPMAFAK, KPM, Aspuri Maluku, HIPMI MAL RAYA, KOMIK UNIMERZ, IPMM dan perwakilan Ormas GBNN Sulawesi Selatan.
Penyampaian oleh Sdri Juliana Novly Ratuanik (LAM) selaku Speaker pertama, rasisme sampai ke Indonesia pada zaman kolonial Belanda di mana orang pribumi lebih rendah dari mereka dan kita semua harus memahami bahwa rasisme itu merusak tatanan berbangsa dan bernegara.
Speaker kedua Hamza Kilibia (Ketua HMI Komisiriat Universitas Megarizky) , bahwa manusia dilahirkan tidak bisa memilih sebelum lahir dan merupakan pemberian Tuhan, kampus merupakan lembaga pendidikan dan kebudayaan harus mendukung penuh keberagaman, suku , budaya dan bangsa,
membuat kegiatan seperti ini saling komunikasi yang positif dan jangan mengiring kearah perpecahan. Kampus juga sebagai labortarium kebudayaan dan keberagaman.
Masih ditempat yang sama Ketua Umum FMTI Dami Were selaku Speake terakhir, Apistimologi merupakan kurang pengetahuan wawasan kebangsaan yang mana tugas kampus menyamapaikan tentang rasisme kepada Mahasiswa baru, mengedukasi hal – hal positif dengan keberagaman, kemanusiaan, Kota Makassar merupakan kota pendidikan dan central pendidikan indonesia timur dan sebagai patokan toleransi, keberagaman dan nilai – nilai kemanusiaan.Tindak lanjut dari kasus rasisme di kampus Megarezky sebagai solusi mari kita rawat toleransi dan kita kawal kota makassar merupakan kota pendidikan mari kita jaga agar kedepannya menjadi kota toleransi.
Kami memberi apresiasi baik kepada para peserta yang penuh antusias dan ketiga Speaker dalam Diskusi ini, sehingga berjalan baik dan menarik dengan berbagai pendapat dan sudut pandang yang logis dan bernilai menjadi penting bagi kita menangkal rasisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama di lingkup kampus yang melahirkan kaum intelektual generasi penerus bangsa kedepan tutup Fijai Banyal selaku Panitia acara.
Red. : Bram.s